INILAH KUNCINYA
Mobil mewah yang kita miliki, motor mahal yang kita pakai, rumah
indah yang kita tempati, pakaian gemerlap yang kita kenakan, perhiasan yang kita
kenakan, uang milyaran yang kita simpan dalam bank, jika semua yang saya
sebutkan diatas adalah yang kita sebut rejeki.
Keinginan - keinginan
yang terlintas didalam pikiran yang sampai sekarang belum terwujud, entah itu
pangkat dan kedudukan, harta dan kekayaan, sekolah dan pendidikan tinggi, karir
yang naik dan semua yang kita sebut dengan kenikmatan.
Perhatikan dan camkan, tanamkan dalam hati dengan kuat, serta
ingat-ingat dengan mendalam, bahwa semua yang saya sebutkan diatas, itu semua
tidak tergantung pada :
Kerasnya kita bekerja
Cerdasnya otak kita berfikir
Cantik dan tampannya rupa wajah kita
Tinggi dan rendahnya badan kita
Tinggi rendahnya sekolah kita
Jauh dekatnya kita dengan pusat kota
Dan masih banyak lagi..
Tapi ….
Sekali lagi, Ingat dan camkan ini dengan baik, dan dengan keyakinan
bahwa ..
Semua yang saya sebutkan diatas tergantung
PADA YANG MEMBERI. Titik….
Buktinya banyak sekali, tidak semua orang yang bekerja keras menjadi
KAYA, tidak semua orang yang tampan dan cantik menjadi KAYA, tidak semua orang
yang tinggi dan ideal menjadi KAYA, tidak semua yang berpendidikan tinggi
menjadi KAYA.
Jika ada orang bekerja keras menjadi KAYA, jika ada orang cantik
atau tampan menjadi KAYA, jika ada orang potongan artis menjadi KAYA, dan jika
ada orang bergelar doctor menjadi KAYA maka kerja keras, cantik tampan, potongan
artis, gelar doctor hanyalah sebagai jalan saja UNTUK MEMBERI tapi bukan
karena itu semua.
Pertanyaan kunci berikutnya adalah jika kita menginginkan semua
diatas yang kita sebut dengan rejeki dan kenikmatan agar DIBERIKAN kepada
kita
Maka jawabannya hanya satu SENANTIASALAH MELAYANI SANG PEMBERI
IKHLAS MELAYANI
Inilah puncak tertinggi dimana kita sebenarnya telah berada
diwiliyah YANG TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kedekatan kita dengan SANG PEMBERI
memberikan kita akses kemanapun dan kepada siapapaun juga kepada apapun untuk
kita bisa kesana. Namun banyak orang yang salah memahami bahwa KEDEKATAN itu
akan tercapai jika kita rajin beribadah, bersembahyang, berpuasa, berdzikir,
membaca kitab suci, mengkaji agama, menghafal ayat-ayat, dan segala bentuk
peribadatan..
Sekali lagi camkan dan tanamkan dalam hati, ingat-ingat dengan betul
bahwa semua bentuk peribadatan itu tidak menjamin kita menjadi dekat dengan-Nya.
Kemudian apa yang harus kita lakukan jika peribadatan pun saja tidak
menjamin kita menjadi dekat, inilah kunci berikutnya ..
KUNCI MENJADI DEKAT adalah
semua yang kita
kerjakan dalam rangka melayani SANG PEMBERI adalah
yang kita kerjakan DITERIMA. Titik
…
Berarti kunci kita menjadi dekat adalah bukan pada BANYAKNYA amal
dan ibadah yang kita kerjakan .. BETUL. Maka pertanyaan sangat penting
berikutnya adalah Bagaimana agar yang kita kerjakan bisa diterima ..
Gambaran secara sederhananya begini, bagi bapak-bapak saya yakin
pernah mengalami pengalaman berikut, Seorang suami kebetulan sedang mendapat
uang banyak dan karena cintanya dengan keluarga maka sudah sepantasnya dan
ikhlas sesampainya nanti dirumah uang itu akan diberikan kepada sang istri.
Sesampainya dirumah sang suami sambil melepas sepatu dan seragam kerja melihat
sang istri sedang bekerja membenahi rumah, mengepel, memasak, mencuci baju,
menjemur dan berbagai macam pekerjaan rumah serta mengurus anak-anak. Pekerjaan
rumah ini adalah ibadah dan butuh kerja keras memeras keringat, dengan kerasnya
kegiatan ini tentu saja istri juga merasakan lelah. Pada saat yang sama si suami
karena baru saja pulang dan segera ingin membersihkan diri dengan mandi setelah
mencari-cari handuk kok tidak ditemukan maka memanggil istri sambil bertanya
dimana handuknya ? sang istri yang karena kesibukan pekerjaan yang dilakukan
tidak memberikan tanggapan atas pernyaan suami, alhasil suami dengan rasa
dongkol mandi tanpa menggunakan handuk dan pasti itu juga tidak nyaman.
Apakah efek dan akibatnya bagi
sangat istri ?
SANGAT LUAR BIASA
Uang banyak yang disimpan sang suami untuk istri DITAHAN dan tidak
diberikan, tidak diberitahukan kepada istri. Istri mendapat raut muka yang tidak
enak dan hubungan yang hambar dan masam. Komunikasi tidak harmonis.
Apa hikmah dibalik kisah tersebut, begitulah SANG PENGUASA MAKHLUK.
Kita terkadang tanpa sadar melakukan hal tersebut dan parahnya lagi
kita menganggapnya benar. Rajinnya kita beribadah, lamanya kita berdzikiri,
lelahnya kita membantu masyarakat, kerasnya kita beramal dan apapun bentuk
ibadah yang kita lakukan, apatah lagi yang bukan nyata-nyata ibadah, hal
tersebut menjadi tidak bernilai bahkan hancur dihadapan-NYA hanya karena kita
melupakan satu hal KUNCI yaitu tidak DINIATKAN KARENA DIA.
Pertanyaan berkecamuk dalam hati dan pikiran kita
Masak TUHAN pemarah !
Lalu katanya TUHAN Maha Pemaaf
Katanya TUHAN Maha Pengampun
Katanya TUHAN Maha Pengasih
Katanya TUHAN Maha Penyanyang
Katanya TUHAN Maha Pemberi
Dan masih banyak lagi, dimana Maha Pemaafnya TUHAN, Maha
Pengampunnya TUHAN, Maha Pengasihnya TUHAN, Maha Penyayangnya TUHAN, Maha
Pemberinya TUHAN ..
Bagaimana seharusnya kita ?
Bagaimana kita berdoa ?
Bagaimana agar rizki, kenikmatan, kekayaan mendatangi kita?
Bagaimana usaha dan pekerjaan kita lancar ?
Bagaimana mencintai sang Maha ?
Bagaimana merindukan kematian ?
Pembaca sekalian, doakan saya untuk bisa
melanjutkan tulisan diatas menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dalam hati
bapak/ibu pembaca semua, maklum tulisan ini saya buat sambil menunaikan tugas
saya sebagai seorang pegawai tenaga pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar