Selasa, 03 November 2015

Materi 5 Pengolahan Limbah Gas


Pencemaran udara ialah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan, atau ke dalam lingkungan udara akibar kegiatan alam dan manusia sehingga karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik.
Metode Pemurnian Gas
Pengolahan limbah gas buangan industri dapat dilakukan secara fisik-kimia dan secara biologis.  Metode pemurnian gas buangan secara fisik-kimia dilakukan berdasarkan pada perubahan fase atau penyerapan pada suatu adsorban, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
  1. Metode fase gas, yaitu untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai dengan memberikan bau enak. Metode ini sebenarnya bukan untuk menghilangkan gas/bau.
  2. Metode fase cair, yaitu penyerapan gas yang memiliki kelarutan yang tinggi dalam zat cair.  Gas buangan dialirkan lalu dikontakkan dengan senyawa penyerap gas (adsorban) yang pada umumnya menggunakan air. Selanjutnya, adsoban dimurnikan kembali jika memungkinkan, dimanfaatkan untuk penggunaan lainnya atau dibuang.
  3. Metode fase padat, yaitu penyerapan gas oleh senyawa penyerap (adsorban) dalam bentuk padat.  Pada proses ini, gas dialirkan dan dikontakkan dengan adsorban padat.  Molekul gas akan terserap dan terkondensasi di permukaan adsorban secara fisik maupun kimia.  Salah satu adsorban yang banyak digunakan adalah arang aktif.  Arang aktif dalam bentuk granular (granular activated carbon, GAC) telah banyak digunakan sebagai penyerap bau dan warna.  Arang aktif dalam bentuk serat (activated carbon fibre, ACF) memiliki daya serap yang lebih besar daripada GAC. Daya serap ACF tipe FN-300GF-15 terhadap gas ammonia adalah 0,72 g ammonia/kg berat kering ACF.  Daya serap ACF-1300 terhadap senyawa organik yang mudah menguap (seperti aseton, alcohol, tetrahidrofuran) adalah 0,44 g/kg berat kering ACF.  Daya serap secara fisik-kimia ini hanya berlangsung 2-3 hari saja sebelum mencapai titik jenuh.  ACF atau GAC yang telah jenuh perlu dipanaskan pada suhu diatas 100oC untuk melepaskan gas-gas yang telah terserap (regenerasi) sehingga dapat digunakan kembali.
  4. Metode pembakaran, yaitu dengan cara membakar langsung gas senyawa organik pada tingkat suhu yang cukup sehingga menghasilkan karbondioksida dan air.  Metode ini banyak dihindari karena membutuhkan biaya yang cukup besar.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.

Sumber :
Nur Hidayat. Manajemen Lingkungan Industri : Teknologi Pengolahan Limbah Gas, Tek Industri Pertanian, FTP, Unibraw
Hutagalung, M. 2008. Teknologi Pengolahan Limbah Gas. http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-gas/ diakses tanggal 11 July 2012.
Meita. 2011. Penyamakan Kulit. http://mewijay.blogspot.com/2011/12/penyamakan-kulit.html diakses tanggal 11 July 2012
Nurika, I., N. Hidayat dan N. Atifah. 2007. Manajemen Limbah dan Lingkungan Industri. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Rahayu, S.S. 2009. Limbah Padat. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/limbah-padat/  diakses tanggal 11 July 2012.

14 komentar:

  1. A-122120006-AMALIA OKTA PERMATA

    Studi Kasus Pengolahan Limbah Gas pada Pabrik Gula.

    Pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang berbentuk cairan, padatan dan gas. Limbah gas meliputi gas cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor pemurnian cara sulfitasi. Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain-. Untuk menanggulanginya dibutuhkan pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Idealnya demikian pula yang harus dilakukan oleh pabrik tebu. Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik tebu dapat mengelola asap dan debu tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatanya yang berada di asap. Nantinya partikel-partikel ini dalam jumlah yang cukup, bisa diolah menjadi pupuk. Karenanya suatu pabrik gula seharusnya dilengkapai dengan alat-alat pemisah debu untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:
    1. Pemisah Brown
    Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak antar filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.
    2. Penapisan
    Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. Electrostatic Precipitator.
    3. Pengendap elektrostatik
    Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum.
    4. Pengumpul sentrifugal
    Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih.

    BalasHapus
  2. TUGAS : limbah gas dan cara penanggulangannya.
    A—122130132—Rizki Ardliansyah
    Limbah pada Bengkel salah satunya adalah Karbon monoksida/CO (limbah gas), gas ini dapat memperbesar kebocoran lapisan ozon (O3), gangguan pernafasan, keracunan dan kematian .Limbah gas ini dapat ditanggulangi dengan cara menyediakan pipa elastis yang didalamnya terdapat saringan khusus dan terhubung langsung dengan knalpot sepeda motor. Dengan cara-cara seperti itu dapat menanggulangi dan mengurangi dampak dari limbah kendaraan sepeda motor yang ada di bengkel, dan akan berdampak positif, akan tetapi jika untuk mencegah timbulnya limbah selama barang/alat masih diperlukan untuk membantu dan meringankan pekerjaan, limbah akan sangat sulit untuk dihilangkan ataupun dicegah.

    BalasHapus
  3. A-122130121-Achmad zamroni
    Studi kasus pengolahan limbah gas pada PLTU

    PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) sebagai penyuplai energi listrik untuk masyakat dan Negara saat ini mulai dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, mengingat kebutuhan akan listrik cenderung meningkat dari tahun ke tahun. PLTU merupakan unit pemasok energi yang bahan bakarnya berasal dari batu bara. Indonesia adalah salah satu negeri yang memiliki sumber daya batu bara yang melimpah, oleh karena itu sistem ini feasible untuk dilakukan. Selain itu biaya operasional penggunaan batu bara paling murah dibandingkan dengan sistem pembangkit listrik lainnya.
    Batu bara merupakan bahan tambang yang berasal dari fosil makhluk hidup jutaan tahun yang lalu, yang berarti bahwa batu bara ini bersifat organik. Terdapat dua jenis batu bara, yaitu yang berkualitas baik, dimana akan sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya sehingga tidak mencemari lingkungan. Kemudian batu bara yang berkualitas rendah, maka akan menghasilkan berbagai macam unsur berbahaya yang dapat mencemari lingkungan, seperti gas Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Inilah permasalahan yang banyak terjadi di Indonesia akibat dari pemanfaatan batu bara. Dan pula jika pembakaran pada batu bara tersebut tidak sempurna, akan menghasilkan gas beracun CO (karbon monoksida).
    Batu bara digunakan dalam PLTU dengan cara dibakar dalam suatu ruang pembakaran boiler. Dari proses pembakaran ini akan dihasilkan pencemar udara dan padat, yaitu gas SOx (sulphur oksida), NOx (nitrogen oksida), CO2 (karbon dioksida), dan CO (karbon monoksida), serta limbah padat berupa debu (bottom ash) dan partikulat logam berat seperrti SiO2 (silikat).
    Permasalahan yang terjadi apabila PLTU tidak dikelola dengan baik:
    1. Hujan Asam
    2. Green House Effect
    3. Penyakit pada Manusia

    Pengelolaan Limbah Padat dan Gas
    a. Best Practice Sistim pembakaran batu bara bersih Pembakaran Lapisan Mengambang /Fluidized Bed Combustion (FBC) di PLTU Tarahan Indonesia
    Prinsip kerja PLTU adalah batu bara yang akan digunakan/dipakai dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan tanpa mengurangi suhu yang diperlukan sehingga diperoleh pembentukan NOx yang rendah. Proses pembakaran suhunya lebih rendah sehingga NOx yang dihasilkan kadarnya menjadi rendah, dengan demikian sistim pembakaran ini bisa mengurangi polutan. Bila ke dalam tungku boiler dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang bersuhu 750 – 950oC dimasukkan udara, akibatnya terbentuk lapisan mengambang yang membakar. Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia yang menyebabkan sulfur terikat dengan kapur sehingga dihasilkan CaSO4 yang berupa debu sehingga mudah jatuh bersama abu sisa pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengurangan emisi sampai 98% dan abu CaSO4-nya bisa dimanfaatkan. Keuntungan sistim pembakaran ini adalah bisa menggunakan batu bara bermutu rendah dengan kadar belerang yang tinggi, dan banyak ditemukan di Indonesia (Anonim5, 2009).
    b. Electrostatic Precipitator
    Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP) ini,. Cara kerja dari electrostatic precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negative. (2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate).Kemudian debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping).
    Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper)

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. A - HAPPY NUR ROMADHONA - 122100047

    LIMBAH GAS DAN CARA PENANGGULANGANNYA :

    Limbah industri terdiri dari limbah gas, cair dan padat. Menurut Sunu (2001), berbagai cara untuk mencegah pencemaran udara antara lain :
    -Pencemar berbentuk gas
    a. Adsorbsi
    Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat padat, yaitu adsorben, seperti karbon aktif dan silikat.
    b. Absorbsi
    Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya.
    c. Kondensasi
    Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau benda gas menjadi cair pada suhu udara di bawah titik embun.
    d. Pembakaran
    Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan dengan menggunakan proses oksidasi panas yang disebut incineration menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air.
    -Pencemaran berbentuk partikel
    a. Filter
    Filter udara bertujuan menangkap debu atau partikel yang ikut keluar cerobong atau stack pada permukaan filter agar tidak ikut terlepas ke lingkungan.
    b. Filter basah
    Cara kerja filter basah atau scrubbers/ wet collectors adalah membersihkan udara kotor dengan menyemprotkan air dari bagian atas alat sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
    c. Elektrostatik
    Alat pengendap elektrostatik menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan 25 – 100 KV sehingga terjadi pemberian muatan pada polutan dan akhirnya mengendap.
    d. Kolektor mekanis
    Kolektor mekanis merupakan proses pengendapan polutan partikel berukuran besar secara gravitasi. Contohnya adalah cyclone separators (pengendap siklon) dengan memanfaatkan gaya sentrifugal.

    #Program penghijauan
    Program penghijauan bertujuan untuk menyerap hasil pencemaran udara berupa gas karbon dioksida (CO2) dan melepas oksigen sehingga mengurangi jumlah polutan di udara.
    #Pembersih udara secara elektronik
    Pembersih udara secara elektronik (electronic air cleaner) dapat berfungsi mengurangi polutan udara dalam ruangan.
    #Ventilasi udara dan exhaust fan
    Ventilasi udara dan exhaust fan bertujuan agar kebutuhan oksigen ruangan tercukupi dan polutan segera keluar dari ruangan sehingga ruangan bebes polutan.

    BalasHapus
  6. A-122130061-Yasintha Aprilyan Kurniawan
    Tugas 7
    Studi Kasus Tentang Pengolahan Limbah Gas pada Industri Kelapa Sawit
    Industri kelapa sawit dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah padat, cair maupun gas. Limbah gas pada pabrik pengolahan industri kelapa sawit dihasilkan dari uap air buangan pabrik kelapa sawit yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Limbah gas berupa gas hasil pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energy serta gas metana dan CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini akan menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penanganan limbah gas secara umum dapat dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi dari limbah industri kelapa sawit berupa gas atau material partikulat yang terbawa bersama gas tersebut.
    Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengolah limbah gas yang dihasilkan dari industri kelapa sawit untuk mengurangi pencemaran udara
    1.Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan dengan menggunakan filter udara, filter udara berfungsi untuk menangkap gas atau partikel yang keluar dari cerobong atau stack agar tidak terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja yang keluar dari cerobong.
    2.Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan dengan menggunakan pengendap elektrostatik yang prinsip kerjanya membersihkan udara yang kotor dalam jumlah yang relative besar sehingga udara yang keluar hanya udara yang sudah bersih.
    3.Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan dengan menggunakan pengendapan siklon yang prinsip kerjanya mengendapkan gas buangan atau udara ke dalam ruang pabrik yang berdebu.

    BalasHapus
  7. Nama: Yusuf firmansyah
    Nim: 122100060

    Pengelolaan Limbah Gas pada industri gula nasional
    Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.
    1. Mengontrol Emisi Gas Buang
    Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
    Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran. Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
    2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
    a. Filter Udara
    Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
    b. Pengendap Siklon
    Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan
    c. Filter Basah
    Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
    e. Pengendap Elektrostatik
    Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar

    BalasHapus
  8. IMAM HANAFI_122120007_A

    ANALISA PENGOLAHAN LIMBAH GAS PABRIK GULA
    Indonesia adalah negara agraris dengan iklim subtropis. Di sinilah tumbuh dengan subur tanaman tebu dan bahkan Indonesia dikenal dengan cikal bakal tebu dunia. Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula (gula kristal putih, white sugar plantation) di pabrik gula. Dalam operasionalnya setiap musim giling (setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah. Dan pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu. senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).

    PENGOLAHAN ASAP DAN DEBU
    Senyawa pencemar udara digolongkan menjadi 2 yaitu:
    a. Senyawa pencemar primer
    Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber.
    b. Senyawa pencemar sekunder
    Senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer.
    Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain-lain. Senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu). Untuk menanggulanginya dibutuhkan pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
    a. Pengendalian pada sumber pencemar
    Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Idealnya demikian pula yang harus dilakukan oleh pabrik tebu.
    b. Pengenceran limbah gas.
    Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik tebu dapat mengelola asap dan debu tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatanya yang berada di asap. jika partikel-partikel ini dalam jumlah yang cukup, maka bisa diolah menjadi pupuk. Karenanya suatu pabrik gula seharusnya dilengkapai dengan alat-alat pemisah debu untuk memisahkan debu dari alirah gas buang.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. A - ROLAN SEPTIAN - 122100039

    CONTOH LIMBAH GAS PADA INDUSTRI PUPUK SERTA CARA PENGENDALIAN DAN PENGOLAHAN LIMBAHNYA
    Industri pupuk menghasilkan limbah gas berupa Uap Asam, SO2, NOx, CO, CO2 , NH3, bau, dan partikel. Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah hitam, amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi dalam udara dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar.
    Pengendaliannya dengan cara sebagai berikut :
    Cerobong
    Menghasilkan isapan alamiah untuk mengalirkan gas asap ke luar dari mesin uap dengan kecepatan tertentu, mengatasi kerugian gesekan aliran gas asap yang terjadi, mulai dari rangka bakar atau pembakar (burner), hingga ke luar dari cerobong, diharapkan setinggi mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.
    Tarikan paksa diperlukan jika ketinggian maksimum cerobong tidak mampu mengalirkan gas asap atau cerobong memang tidak terlalu tinggi
    Ventilator
    Fungsi : menciptakan isapan paksa
    Tiga jenis sistem tarikan paksa, yaitu;
    1. sistem tarikan tekan; fan dipasang sebelum ruang bakar.
    2. sistem tarikan isap; fan dipasang sebelum cerobong
    3. sistem tarikan kombinasi; 2 fan dipasang sebelum ruang bakar dan sebelum cerobong.
    Alat ECO-SO2 : ECO ( Electric Catalyc Oxidation ) – SO2 ialah sejenis alat kontrol polusi udara yg diproduksi oleh Powerspan Corporation untuk mengurangi polusi udara akibat beroperasinya pabrik pupuk, ECO-SO2 dikatakan mampu menurunkan kadar polusi udara dari masing-masing polutan sbb
    SO2 ( sulphur ) yg dapat mengakibatkan hujan asam, sampai 99%
    Nox ( nitrogen ) sampai 90%
    Hg ( air raksa ) yg mengakibatkan sesak napas / asma, antara 80 s/d 90%
    Partikel lain yg mengotori air serta ikan & tanah, sampai 90%
    Penanggulangan dengan Alat Koagulasi Listrik
    Asap dan debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel
    Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad aelektroda yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan yaitu, mencegah udara oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam)
    Pengolahannya, Gas dari abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor dan digunakan sebagai material pembuat jalan, semen dan bahan bangunan (conblock)

    BalasHapus
  11. Nama: G.H. Prasetyo
    NIM: 122110007

    Sistem Pengolahan Limbah Padat pada Industri Minyak Sawit

    Teknologi Pengelolaan POME
    Teknologi pengelolaan POME umumnya dengan menggunakan teknologi kolam terbuka yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan aerobik dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari. Teknologi kolam terbuka ini memerlukan lahan yang luas (5-7 ha), biaya pemeliharaan yang cukup besar dan menghasilkan emisi gas metana ke udara bebas.
    Saat ini pengelolaan POME dengan hanya menggunakan kolam terbuka mulai dianggap kurang efisien dan kurang ramah lingkungan. Para pemilik atau pengelolan PKS sudah mulai merubah dengan memodifikasi kolam yang ada dengan teknologi pengelolaan lainnya. Ada beberapa teknologi pengolahan POME yang baru saat ini, diantara teknologi yang baru itu adalah membran dan terakhir terdengar dengan elektrokoagulasi. Munculnya atau adanya perkembangan teknologi pengelolaan POME ini disebabkan oleh beberapa maksud dan tujuan tertentu.
    Beberapa tujuan itu adalah:
    • Mendapatkan teknologi yang lebih ramah lingkungan (environmental friendly). Teknologi ini umumnya adalah menghindari gas rumah kaca khususnya gas metana lepas ke atmosfer.
    • Mendapatkan nilai tambah secara ekonomi (economic benefit). Teknologi ini dilakukan dengan cara mendapatkan produk baru yang dapat dijual dengan memanfaatkan POME.
    • Memudahkan operasional pengelolaan, terutama kepada para pekerja di PKS.
    • Keterbatasan lahan di area PKS untuk menggunakan sistem kolam terbuka (limited area).
    • Faktor teknologi proses di PKS. Faktor ini adalah terkait dengan adanya modifikasi teknologi proses pada pengolahan TBS di PKS, atau adanya teknologi proses yang baru. Perbedaan proses itu terutama terkait dengan penggunaan alat proses yang baru. Contoh dalam faktor ini adalah perubahan teknologi sterilisasi, klarifikasi dan sebagainya. Perubahan alat proses membawa dampak pada perubahan kualitas, kuantitas dan jenis limbah yang dihasilkan di PKS.
    6.Mendapatkan sumber energi.
    Dari beberapa tujuan diatas, saat ini terdapat beberapa teknologi pengelolaan POME selain sistem kolam terbuka. Adapun teknologi itu diantaranya adalah:
    • Pengelolaan aerob dengan menggunakan kolam aerobic (aerobic pond). Teknologi ini digunakan untuk menghindari terbentuknya gas metan. Teknologi ini jarang digunakan karena memerlukan tenaga yang besar untuk menggerakkan aerator.
    • Teknologi pengeringan (drying process), teknologi ini tidak sesuai karena memerlukan biaya dan energi yang besar untuk menguapkan air dalam POME.
    • Aplikasi tanah (land application), sistem ini tidak disarankan karena memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu teknologi ini masih memerlukan kolam tanpa udara dan masih menghasilkan gas metan.
    • Penggunaan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos, POME digunakan sebagai bahan penyiram pada proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit seperti pada Gambar 3. Teknologi ini bagus untuk dilaksanakan. Teknologi ini memerlukan sedikit investasi yang tinggi tetapi mendapat keuntungan dengan hasil penjualan kompos.
    • Penggunaan POME untuk menghasilkan energi. Teknologi untuk menghasilkan energi adalah dengan cara menangkap gas metana. Teknologi penangkapan gas metana ada yang membangun tangki (biogas reactor) baru yang berada diatas permukaan (Gambar 4) atau dengan menutup kolam limbah yang ada dengan menggunakan penutup dengan bahan parasut tebal (covered lagoon).
    Selain menghasilkan gas Metana sebagai energi, saat ini POME juga dilaporkan dapat menghasilkan gas Hidrogen sebagai energi. POME menghasilkan gas hidrogen dengan menggunakan teknologi elektrokoagulasi.

    BalasHapus
  12. A - 122100026 - NUR OKTAVIAREKHA A.P

    1. Mengontrol Emisi Gas Buang
    · Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).

    · Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
    · Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
    · Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

    BalasHapus
  13. A-122120058-Kevin Rynaldi

    Industri pestisida di Indosnesia sebagian besar merupakan industri formulasi ada juga yang gabungan antara industri formulasi dengan industri manuflacture seperti PT. Alfa Abadi Pestisda, dengan industri bahan aktif bahan golongan karbamat dan industri formulasi baik cair maupun padat. Limbah gasnya merupakan senyawa yang sangat beracun karena mengandung senyawa methyl isocyanida (MIC) dalam bentuk CN 1 mgr/lt, gas ini tak berbau dan tak berwama, kita masih ingat tragedi bopal India yang menewaskan ratusan ribu orang. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik dalam mengolah limbah gas pada industri pestisida yaitu dengan kombinasi absorbsi, catlitik dan condensasi.

    Sistem Pengolahan limbalr gas
    Ada bebrapa sistem dalarn pengolahan limbah gas ( Kumar, 1995 ) :
    l. System Thermal oxidation
    System ini mempunyai effisiensi lebih dari 98%, sehingga umumnya digunakan untuk mengontrol polutan uap. Kisaran kapasitas 1000-500.000 cuft/menit. Unit ini biasanya untuk polutan udara dan voltalite organic compound (VOC). Selama proses berjalan komponen VOC dioxidasi menjadi CO2 dan air. Pada saat aliran gas melewati ruang pembakaran temperatur dinaikan sampai derajat tertentu dalam waktu yang tertentu pula. untuk menghilakan limbah gas yang beracun temperatur pembakaran berkisar 1500 - 2000 ˚F. Faktor lain yang mempengaruhi effisiensi adalah
    waktu tinggal, turbulensi, pencampuran dan pemakaian oxygen.
    Komponennya tediri dari stainless steel, aloy dan keramik untuk menahan tekanan dan temperature, sistem ini digunakan untuk mengolah halogen hidrokarbon yang merupakan prekursor dari gas gas asam yang korosif.
    2. Catalytic Oxidation System
    System ini menggunakan katalis dalam proses oxidasinya untuk meningkatkan laju oxidasi komponen organik yang mudah menguap, sehingga reaksi berjalan pada temperatur rendah.
    3. Flares
    System flares ini cocok untuk aliran emmisi dengan volume besar dan konsentrasi VOC yang tinggi. Flare utamanya digunakan sebagai alat pengaman bagi akan dihilangkannya lembah gas, jika sistem pengolahannya rusak atau tidak berfungsi.
    4. Adsorbtion
    Sistem ini digunakan untuk aliran bahan kimia yang harganya mahal dan dapat didaur ulang. Karena lebih bersifat dari pada menghilangkan polutan, menangkap dari pada menghilangkan polutan, oleh karena itu sistem ini sering di gunakan untuk mendaur ulang solvent.
    5. Absorbsi
    Sistem ini sering disebut scruber dan sudah biasa digunakan untuk mengontrol uap anorganik, dan digunakan juga untuk mendaur ulang produk produk yang berharga melalui separasi dan pemurnian pada aliran limbah gas.

    BalasHapus
  14. A-122120004-Iqal Azhari

    pada saat saya melakukan KP di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Limbah gas yang keluar dari cerobong di unit kiln kadang berwujud asap hitam, hal ini disebabkan pembakaran yang tidak sempurna di unit kiln. Seperti yang diketahui bahwa kandungan yang terbesar dalam batu bara adalah carbon (C) dan pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan carbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi manusia, khususnya bagi pernapasan.
    Upaya yang dilakukan perusahaan untuk menghindari terjadinya limbah gas ini adalah dengan melakukan tindakan freventif, yakni dengan mengoprasikan pembakaran berdasarkan operasi yang telah di tentukan

    BalasHapus