Selasa, 01 Desember 2015

Materi 9. Perencenaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

sumber gambar : umiamanah.blogspot.com
Menurut Nur Hidayat, Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen harus berkaitan dengan hasil dokumen AMDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang dikelola adalah yang hanya mengalami perubahan mendasar sebagaimana disimpulkan oleh dokumen AMDAL.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup diuraikan secara jelas, sistematis, serta mengandung ciri – ciri pokok sebagai berikut:
  1. Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok – pokok arahan, prinsip – prinsip, kriteria pedoman, atau persyaratan untuk mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan dampak besar dan penting baik negatif maupun positif yang bersifat strategis, bila perlu dilengkapi dengan acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak.
  2. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksud perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan dasar pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
  3. Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup
  4. Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga mencakup pembentukan unit organisasi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL.

Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah diprediksi dari studi AMDAL, dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup di bawah ini:
a. Pendekatan teknologi
Pendekatan ini adalah cara – cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup, diantaranya adalah:
  1.  Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan beracun, akan ditempuh cara:- Membatasi atau mengisolasi limbah, Melakukan minimasi limbah dengan mengurangi jumlah/ volume limbah (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) atau mendaur ulang (recycle), Menetralisasi limbah dengan menambahkan zat kimia tertentu sehingga tidak membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya.
  2. Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara: Membangun terasering atau penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi, Mereklamasi lahan bekas galian tambang dengan pengaturan tanah atas dan penanaman tanaman penutup tanah.
  3. Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah ada, misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak positif tersebut.
b. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan ini adalah langkah – langkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya menaggulangi dampak penting melalui tindakan – tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan pada bantuan peran pemerintah, misalnya:
c. Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menaggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup, misal:
  1. Kerjasama dengan instansi – instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
  2. Pengawasan terhadap hasil untuk kerja pengelolaan lingkungan hidup oleh instansi yang berwenang.
  3. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak – pihak yang berkepentingan.
Proses AMDAL tidaklah terhenti setelah dokumen AMDAL diserahkan dan keputusan berjalannya proses ditetapkan. Dalam kaitannya dengan AMDAL, pemantauan adalah suatu proses pengukuran, pencatatan, analisis dan pelaporan informasi yang berkelanjutan mengenai dampak penting.

Referensi :
Nurika, I., N. Hidayat dan N. Atifah. 2007. Manajemen Limbah dan Lingkungan Industri. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

19 komentar:

  1. A - 122120006 - AMALIA OKTA PERMATA

    Studi Kasus Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    STUDI PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA UNIT
    DEINKING PLANT, PT. KERTAS LECES PROBOLINGGO

    Penelitian tentang studi evaluasi perencanaan pengelolaan lingkungan melalui pendekatan eko-efisiensi pada unit deinking plant, PT. Kertas Leces ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan melalui survey atau pengamatan langsung di
    lapangan dengan mengumpulkan data yang dilakukan selama beberapa hari,
    di mana proposisi yang digunakan pada awal observasi akan mengalami perubahan disesuaikan dengan perkembangan penelitian di lapangan. Peneliti berupaya untuk mengkaji upaya penerapan konsep eko-efisiensi yang dilaksanakan oleh PT. Kertas Leces Probolinggo (deinking plant), untuk selanjutnya dibuat suatu evaluasi dari sisi ekonomi maupun pengaruhnya terhadap lingkungan.
    PT. Kertas Leces telah melakukan beberapa upaya pengelolaan
    lingkungan dengan pendekatan eko-efisiensi melalui perangkat
    pengelolaan internal yang baik. Upaya ini antara lain dilakukan dengan implementasi 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) yang ditetapkan melalui SK Direksi No. 31B/Kpts-Up/L/V/2004.
    Dari hasil identifikasi dan evaluasi dengan menggunakan check list GHK dan 5S, didapatkan bahwa penerapan pengelolaan internal yang baik dalam upaya eko-efisiensi di unit deinking plant masih berada pada kategori cukup, sehingga masih perlu upaya perbaikan secara terus menerus. Beberapa lokasi hot spots yang diidentifikasi antara lain : gudang material produksi (tempat penyimpanan bahan baku ONP), hydrapulper (proses repulping), HD Cleaner (proses prescreening) dan proses bleaching. Sedangkan dari perhitungan keluaran bukan produk (NPO), diperoleh persentase NPO terhadap total biaya produksi adalah sebesar 22,21%. Penggunaan bahan kimia yang melebihi standar merupakan komponen biaya yang cukup signifikan yang menimbulkan adanya inefisiensi. Jika didasarkan pada standar bulletin plant penunjang (deinking
    plant), biaya pemborosan bahan kimia pada proses bleaching di unit
    deinking plant per hari sebesar Rp. 3.553.009,52, atau Rp.
    621.776.666,04 per tahun. Sedangkan pada proses repulping terjadi pemborosan bahan kimia sebesar Rp. 296.937,36 per hari atau Rp.51.964.038,00 per tahun.
    Sehingga perlu melakukan evaluasi terhadap masalah tersebut, diantaranya melakukan reuse pada bahan kimia, serta meningkatkan visi dan misi 5R pada karyawan.

    BalasHapus
  2. A - 122120006 - AMALIA OKTA PERMATTA

    Studi kasus ISO 14000

    STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN KEGIATAN INDUSTRI MIGAS

    ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan bisa menjadi pendorong penaatan lingkungan (environmental compliance) di dunia usaha. Salah satu standar lingkungan
    internasional tersebut adalah standar manajemen lingkungan seri ISO-14001:2004
    (Hadiwiardjo, 1997). ISO 14001:2004 dapat digunakan sebagai alat bantu, fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan perusahaan berkenaan dengan pengelolaan lingkungan. Contoh nya adalah emisi udara,
    tanah, atau air. Perusahaan wajib menjelaskan apakah dilakukannya mengikuti prosedur yang tersedia dan mendokumentasikan upaya-upaya mendemonstrasikan kesesuaian dan
    perbaikan. Perusahaan diharapkan menyusun tujuan, sasaran dan menerapkan program untuk meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan yang mana pada akhirnya akan memberikan manfaat adanya peningkatan sistem manajemen lingkungan yang telah ada
    (Gaspersz, 2012). PT. Medco E&P Indonesia - Lirik adalah salah satu perusahaan migas yang ada di Provinsi Riau. Perusahaan ini telah mendaftarkan sistem Manajemen lingkungan standar ISO 14001:2004 sejak Mei Tahun 2011. Salah satu implementasi Sistem manajemen lingkungan yang handal adalah penerapan zero water discharge di lapangan migas. Dengan metode pengelolaan lingkungan tersebut, air yang terproduksi dalam proses eksploitasi gas diinjeksikan kembali ke dalam formasi, sehingga tidak ada yang terbuang ke lingkungan. Selain lebih aman dilihat dari aspek lingkungan, metode itu juga membawa manfaat lain, yakni menjaga tekanan formasi sehingga membantu meningkatkan produksi gas. Jadi sebagian air tersebut bisa dimanfaatkan untuk water flood dan perusahaan bisa untung karena produksi gas meningkat.
    Aktivitas PT Medco E&P Indonesia - Lirik, tidak dapat dipungkiri memiliki dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif, seperti
    penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi, maupun dampak negatif seperti penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar perusahaan karena masyarakat adalah yang pertama akan terkena dampak dari aktifitas suatu perusahaan.
    Parameter yang diamati di dalam Sistem Manajemen Lingkungan (SML) 14001:2004 PT. Medco E&P Indonesia - Lirik, yaitu klausul Tindakan pemeriksaan dan pemantauan meliputi tujuh komponen
    diantaranya adalah:1) sumber daya, peranan, tanggung jawab dan kewenangan, 2) kompetensi pelatihan dan kepedulian, 3) komunikasi, 4) dokumentasi,
    5) pengendalian dokumen, 6) pengendalian operasional dan 7) Kesiagaan dan tanggap
    darurat. Sedangkan klausul 4.5 terdiri dari lima komponen diantaranya adalah:
    1) pemantauan dan pengukuran, 2) evaluasi kepatuhan 3) ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan, 4) pengendalian rekaman dan 5) audit internal.
    Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan metode Gap Analisys yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gap/perbedaan antara sistem manajemen lingkungan yang ada di PT. Medco E&P Indonesia - Lirik saat ini dengan ketentuan sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001;2004. Data ditampilkan secara tabulasi dan dibahas secara deskriptif dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan berdasarkan kriteria SML ISO 14001-2004.

    BalasHapus
  3. A - 122120006 - AMALIA OKTA PERMATA

    Studi Kasus Produksi Bersih

    STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (STUDI KASUS PADA
    PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG)

    PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang yang berlokasi di Serang Banten merupakan salah satu perusahaan kertas
    yang telah menerapkan program produksi bersih. Di tengah-tengah produksi kertas yang semakin melonjak, bahan baku kertas
    dunia menjadi suatu hal yang harus Selain itu, peningkatan
    produksi kertas dapat pula meningkatkan limbah yang dihasilkan. Sehingga pemecahan masalah-masalah tersebut di atas harus segera dilakukan, yaitu dengan menerapkan produksi bersih misalnya melalui tindakan recovery white water, reuse,
    recycle atau house keeping.
    Pelaksanaan produksi bersih di PT. IKPP adalah sebagai berikut :
    1. White Water Recovery di Stock
    Preparation 3/6
    Kegiatan yang dilakukan adalah mengolah air sisa produksi atau back water dengan menambahkan zat kimia untuk memisahkan
    serat dengan air. Serat yang berhasil dipisahkan akan dipress untuk mengurangi kadar air kemudian dikirim ke tempat penyimpanan bahan baku untuk diproses kembali ke dalam pulper. Sedangkan white water akan dikirim ke tangki air untuk digunakan kembali sebagai media pembuburan bahan baku dalam proses produksi. Alat yang digunakan untuk memisahkan serat dan air ini disebut purgomat dan pengoperasiannya dikendalikan atau dilakukan dengan menggunakan komputer di ruang Distribution
    Control System (DCS).

    2. Penerapan produksi bersih di paper
    machine
    Kegiatan produksi bersih yang dilakukan di paper machine meliputi beberapa tindakan house keeping dan reuse sebagai berikut :
    Mengurangi fiber loss
    1. Mengoptimalkan kinerja mesin-mesin produksi yang ada di paper machine.
    2. Pengontrolan mesin secara intensif yaitu dilakukan sebulan sekali.

    3.Recycle di Finishing
    produksi bersih yang dilakukan di finishing adalah produk disortir.Produk yang cacat seperti bergelombang, sobek atau kotor akan dikirim ke gudang bahan baku untuk diproses kembali mulai dari awal proses produksi sebagai bahan baku.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
    1. PT. Indah Kiat Pulp and Paper Serang
    telah menerapkan proses produksi bersih, khususnya di seksi stock preparation 3/6, paper machine dan seksi finishing
    2. Penerapan produksi bersih yang dilakukan oleh PT. IKPP meliputi system house keeping, recycle, reuse dan recovery.
    3. Manfaat finansial yang dapat diambil dari proses recovery white water, reuse broke dan recycle produk cacat adalah sebesar Rp 646.024.400,00 per hari.
    4. Manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan system house keeping di perusahaan adalah memperlancar proses produksi dan menjaga keselamatan karyawan.

    BalasHapus
  4. E--122130132--Rizki Ardliansyah
    Studi kasus ISO 14000
    PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
    Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
    Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
    Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
    Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
    Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

    BalasHapus
  5. A-122130121-Achmad zamroni
    STUDI KASUS PRODUKSI BERSIH
    Manajemen bisnis yang menggabungkan effisiesi ekonomi dan ekologi atau lebih dikenal dengan ekoeffisiensi merupakan salah satu konsep dalam pengembangan industri yang berkelanjutan. Prinsip ekoefisiensi adalah memanfaatkan pelayanan ekologi lingkungan sebagai masukan produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah, meningkatkan keuntungan dan daya saing terhadap industri lain yang sejenis.
    Untuk mengoptimalkan biaya produksi dan meningkatkan daya saing serta pengelolaan limbah maka limbah-limbah yang dihasil dimanfaatkan kembali menjadi produk samping yang bermanfaat dan ramah lingkungan sehingga memenuhi tujuan dari ekoefisiensi. Potensi biogas yang dapat dihasilkan dari pengolahan limbah cair juga sangat menjanjikan. Dari 600-700 kg limbah cair dapat diproduksi sekitar 20 meter kubik biogas. Dengan mengacu pada data produksi tahun 2004, limbah cair yang dihasilkan diperkirakan mencapai 37.633 juta ton. Volume yag luar biasa besarnya ini bisa
    menghasilkan biogas mencapai 1075 juta meter kubuk. Jika nilai kalor biogas rata-rata berkisar antara 4700-6000 kkal/m3 atau 20-24 MJ/m3, maka produksi biogas sebesar itu setara dengan 516 ribu ton gas LPG, 559 juta liter solar, 665,5 juta liter minyak tanah, atau 5052,5 MWh listrik. Ini tentu bukan nilai yang dapat hanya dipandang sebelah mata. Apalagi jika asumsi tahun 2010 Pulau Jawa akan kehabisan listrik itu benar adanya. Potensi limbah cair sebagai penghasil listrik sudah dikembangkan di Malaysia. Sejak
    tahun 2001 negara jiran ini melaksanakan program yang disebut dengan Small
    Renewable Energy Programme (SREP). Salah satu energi terbarukan yang
    dikembangkan dalam program ini adalah mengolah limbah cair PKS menjadi biogas.
    Bumibiopower (Pantai Remis) Sdn Bhd adalah salah satu perusahaan di Malaysia yang
    melaksanakan proyek produksi biogas tersebut. Biogas yang dihasilkan selanjutnya
    dimanfaatkan untuk generator listrik dengan kapasitas 1-1,5 MW. Alternatif lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah padat kelapa sawit yang paling sederhana adalah menjadikannya briket arang. Caranya dengan pemadatan melalui pembriketan, pengeringan, dan pengarangan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah berhasil merancang bangun paket teknologi untuk produksi briket arang ini, baik dari bahan TKKS maupun cangkang sawit. Karena sifat bahan yang berbeda, bahan
    TKKS memerlukan tungku tipe vertikal, sedang untuk cangkang diperlukan tungku horizontal guna menghasilkan arang bermutu tinggi (Nilai Kalor > 5000 kalori/gram).

    BalasHapus
  6. A-122130061-Yasintha Aprilyan Kurniawan
    Tugas 13
    Studi kasus tentang pelaksanaan produksi bersih di industri kelapa sawit
    Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produksi dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi karena penerapan produksi bersih dapat memelihara ekosistem lingkungan, memperkuat daya saing produk di pasar internasional, mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
    Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep peroduksi bersih karena hampir semua limbah dapat dimanfaatkan kembali. Konsep produksi bersih dapat dicapai dengan usaha meminimumkan penggunaan bahan baku yang berbahaya dalam proses termasuk sumber daya alam dan energy sehingga dapat meminimalkan limbah dan dampak negative yang timbul disamping itu dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan menjadi produk lain (waste to product). Pada industri sawit penerapan produksi bersih dapat dilakukan mulai dari tingkat kebun hingga tingkat pabrik. Pada tingkat kebun penerapan produksi bersih difokuskan pada penerapan prinsip good housekeeping yaitu :
    1.Mutu buah yang dihasilkan
    2.Penanganan untuk mengumpulkan hasil panen
    3.Pengangkutan tandan kelapa sawit dan brondolan ke pabrik
    4.Truk yang datang berisi tandan buah segar dan brondolan harus ditimbang untuk mengetahui berat tandan buah segar yang akan diolah.
    Sedangkan di tingkat pabrik difokuskan pada limbah atau juga hasil sampingan dari crude palm oil (minyak kelapa sawit) yang dapat dimanfaatkan kembali diantaranya adalah :
    1.Kernel (biji sawit)
    Biji sawit dapat diolah lagi menjadi produk minyak. Pengolahan kernel sawit ini sudah banyak dilakukan oleh berbagai industri. Hasil penelitian terakhir menyebutkan bahwa kernel juga sangat bagus sebagai bahan pakan ikan dan bahan kosmetik sebab mengandung protein yang sangat bagus.
    2.Cangkang biji sawit dan serat
    Cangkang sawit dianggap sebagai salah satu potensi hasil samping lain yang dimanfaatkan sebagai sumber energi.
    3.Tandan kosong memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan lagi. Selama ini di pabrik pengolahan kelapa sawit tandan kosong ini hanya diproses melalui proses pembusukan (fermentasi) dan kemudian dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri.
    Pada akhirnya melalui penerapan konsep produksi bersih diharapkan terjadi efisiensi dalam proses produksi yang senantiasa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

    BalasHapus
  7. A-122130061-Yasintha Aprilyan Kurniawan
    Tugas 11
    Studi kasus rencana pengelolaan lingkungan hidup di PLTA ASAHAN-1 (PT. Bajradaya Sentranusa)
    Rencana pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaan proyek sangat diperlukan karena dengan adanya RPL maka pemrakarsa dapat mengupayakan pengelolaan lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan pembangunan dan operasi PLTA Asahan-1. RPL ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi hingga tahap konstruksi.
    Rencana pengelolaan lingkungan hidup di PLTA Asahan-1untuk pengendalian pencemaran air dan tanah :
    -Dampak yang dikelola : Terganggunya kualitas dan kuantitas air di sungai Asahan dari sekitar bendung lntake hingga ke lokasi tail race di sekitar powerhouse akibat dari kegiatan operasi dan perawatan PLTA Asahan-1.

    -Sumber dampak :
    1.Ceceran minyak solar dari tetesan mesin genset, pengisian bahan bakar dan pembersihan mesin dan peralatan genset dekat bendung Intake.
    2.Erosi dan sedimentasi dari tapak bukaan seperti lokasi audit 1 dan 2, lokasi spoil bank 1 dan 2, bekas bangunan, bekas mes karyawan dan jalan masuk.

    -Tolak Ukur Dampak :
    1.Kandungan minyak dan lemak, senyawa fenol dalam air sungai Asahan
    2.Kandugan residu terlarut dan residu tersuspensi dalam air buangan
    3.Kandungan logam berat dalam air tinggi
    4.Luas areal reboisasi pada bekas tapak bukaan

    -Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup : Mempertahankan kondisi kualitas air sungai Asahan.
    -Pengelolaan Lingkungan Hidup
    Upaya pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak tumpukan minyak, erosi dan sedimentasi di sekitar lokasi bendungan Intek, audit 1 dan 2, spoil bank 1 dan 2 dan tail race serta seluruh areal pekerja PLTA Asahan-1 adalah sebagai berikut :
    a.Pembuatan wadah-wadah pencegah tumpahan (secondary containment) untuk lokasi-lokasi yang masih menggunakan genset sebagai sumber listrik
    b.Melakukan analisa sifat kimia dan fisik material timbunan di spoil bank. Hasilnya digunakan untuk menetapkan perlu tidaknya kolam-kolam kontrol dan pre-treatment (bila perlu) sebelum aliran air yang mengalir melalui spoil bank menuju sungai Asahan.
    c.Melakukan uji lab terhadap air buangan (discharge water) dari kolam-kolam pengendapan yang mengalir ke sungai Asahan, khususnya untuk parameter pH, TSS dan TDS untuk menjaga kualitas air sungai Asahan terhadap potensi peningkatan sedimentasi kembali.
    d.Melaksanakan reklamasi pada bekas tapak bukaan yang sudah tidak digunakan kembali (audit 1 dan 2, spoil bank 1 dan 2, mesh karyawan, workshop, jalan masuk, dll) dan penghijauan dengan menggunakan legume atau jenis pohon local lainnya.
    e.Melakukan pengelolaan kestabilan lereng di spoil bank, dengan cara mengamankan kestabilan lereng spoil bank 1 dan 2 dari bahaya erosi dan longsor serta menjaga kestabilitas dan keamanan spoil bank dengan memperhitungkan kondisi di spoil bank
    f.Melakukan pengolahan sedimentasi di sepanjang sungai d
    g.Melakukan pembuatan drainase sementara di sekeliling spoil bank untuk mencegah peningkatan sedimen sebelum masuk ke dalam sungai atau anak-anak sungai Asahan
    h.Penyusunan dokumen rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat atau keadaan tidak terduga lainnya.

    -Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
    1.Areal genset dekat bendung Intek
    2.Spoil bank 1 dan 2
    3.Settlement Ponds
    4.Areal tapak bukaan seperti di audit 1 dan 2, bekas mesh karyawan, bekas jalan masuk
    5.Sungai Asahan dan anak sungai di sekitar kegiatan

    BalasHapus
  8. A-122130061-Yasintha Aprilyan Kurniawan
    Tugas 11
    Studi kasus rencana pengelolaan lingkungan hidup di PLTA ASAHAN-1 (PT. Bajradaya Sentranusa)
    Rencana pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaan proyek sangat diperlukan karena dengan adanya RPL maka pemrakarsa dapat mengupayakan pengelolaan lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan pembangunan dan operasi PLTA Asahan-1. RPL ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi hingga tahap konstruksi.
    Rencana pengelolaan lingkungan hidup di PLTA Asahan-1untuk pengendalian pencemaran air dan tanah :
    -Dampak yang dikelola : Terganggunya kualitas dan kuantitas air di sungai Asahan dari sekitar bendung lntake hingga ke lokasi tail race di sekitar powerhouse akibat dari kegiatan operasi dan perawatan PLTA Asahan-1.

    -Sumber dampak :
    1.Ceceran minyak solar dari tetesan mesin genset, pengisian bahan bakar dan pembersihan mesin dan peralatan genset dekat bendung Intake.
    2.Erosi dan sedimentasi dari tapak bukaan seperti lokasi audit 1 dan 2, lokasi spoil bank 1 dan 2, bekas bangunan, bekas mes karyawan dan jalan masuk.

    -Tolak Ukur Dampak :
    1.Kandungan minyak dan lemak, senyawa fenol dalam air sungai Asahan
    2.Kandugan residu terlarut dan residu tersuspensi dalam air buangan
    3.Kandungan logam berat dalam air tinggi
    4.Luas areal reboisasi pada bekas tapak bukaan

    -Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup : Mempertahankan kondisi kualitas air sungai Asahan.
    -Pengelolaan Lingkungan Hidup
    Upaya pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak tumpukan minyak, erosi dan sedimentasi di sekitar lokasi bendungan Intek, audit 1 dan 2, spoil bank 1 dan 2 dan tail race serta seluruh areal pekerja PLTA Asahan-1 adalah sebagai berikut :
    a.Pembuatan wadah-wadah pencegah tumpahan (secondary containment) untuk lokasi-lokasi yang masih menggunakan genset sebagai sumber listrik
    b.Melakukan analisa sifat kimia dan fisik material timbunan di spoil bank. Hasilnya digunakan untuk menetapkan perlu tidaknya kolam-kolam kontrol dan pre-treatment (bila perlu) sebelum aliran air yang mengalir melalui spoil bank menuju sungai Asahan.
    c.Melakukan uji lab terhadap air buangan (discharge water) dari kolam-kolam pengendapan yang mengalir ke sungai Asahan, khususnya untuk parameter pH, TSS dan TDS untuk menjaga kualitas air sungai Asahan terhadap potensi peningkatan sedimentasi kembali.
    d.Melaksanakan reklamasi pada bekas tapak bukaan yang sudah tidak digunakan kembali (audit 1 dan 2, spoil bank 1 dan 2, mesh karyawan, workshop, jalan masuk, dll) dan penghijauan dengan menggunakan legume atau jenis pohon local lainnya.
    e.Melakukan pengelolaan kestabilan lereng di spoil bank, dengan cara mengamankan kestabilan lereng spoil bank 1 dan 2 dari bahaya erosi dan longsor serta menjaga kestabilitas dan keamanan spoil bank dengan memperhitungkan kondisi di spoil bank
    f.Melakukan pengolahan sedimentasi di sepanjang sungai d
    g.Melakukan pembuatan drainase sementara di sekeliling spoil bank untuk mencegah peningkatan sedimen sebelum masuk ke dalam sungai atau anak-anak sungai Asahan
    h.Penyusunan dokumen rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat atau keadaan tidak terduga lainnya.

    -Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
    1.Areal genset dekat bendung Intek
    2.Spoil bank 1 dan 2
    3.Settlement Ponds
    4.Areal tapak bukaan seperti di audit 1 dan 2, bekas mesh karyawan, bekas jalan masuk
    5.Sungai Asahan dan anak sungai di sekitar kegiatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. -Periode pengelolaan lingkungan hidup
      1.Tahap pasca-konstruksi sebanyak 1 kali untuk pembuatan wadah tumpahan minyak
      2.Tahap pasca-konstruksi sebanyak 1 kali untuk uji lab sifat kimia dan fisika air buangan dari settlement ponds dan aliran air yang melalui aliran spoil bank 1 dan 2
      3.Tahap pasca-konstruksi sebanyak 1 kali untuk rehabilitasi dan reboisasi seluruh areal bekas tapak bukaan yang ada
      4.Tahap pasca-kontstruksi sebanyak 1 kali untuk menyusun dokumen rencana penganggulangan pencemaran air pada keadaan darurat atau keadaan tidak terduga lainnya dan selama tahap operasi dilakukan uji dokumen dan perbaikan dokumen setiap setahun sekali.

      -Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup
      Penerima hasil pengelolaan lingkungan hidup adalah :
      1.Kementrian negara lingkungan hidup
      2.Kementrian ESDM
      3.Dinas lingkungan hidup provinsi sumatera utara
      4.Dinas lingkungan hidup dan pertambangan kabupaten Toba, Samosir
      5.Otoritas Asahan.

      Hapus
  9. A-122130132--Rizki Ardliansyah

    studi kasus tentang limbah cair

    STUDI KASUS DAN ANALISIS LIMBAH CAIR
    Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing (PMA) dan perusahaan modal dalam negeri (PMDN) di Pulau Batam tak memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) seperti yang digariskan. Dari 274 industri penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), hanya 54 perusahaan yang melakukan pengelolaan pembuangan limbahnya secara baik. Sisanya membuang limbahnya ke laut lepas atau dialirkan ke sejumlah dam penghasil air bersih. Tragisnya, jumlah libah B3 yang dihasilkan oleh 274 perusahaan industri di Pulau Batam yang mencapai 3 juta ton per tahun selama ini tak terkontrol.
    Salah satu industri berat dan terbesar di Pulau Batam penghasil limbah B3 yang tak punya pengolahan limbah adalah McDermot. Berdasarkan fakta dilapangan dari 24 kawasan industri, hanya 4 yang memiliki AMDAL dan hanya 1 yang mempunyai unit pengolahan limbah (UPL) secara terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Batamindo Investment Cakrawala. Panbil Industrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan Kawasan Industri Kabil. Semua terjadi karena pembangunan di Pulau Batam yang dikelola otorita Batam selama 32 tahun, tidak pernah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial kemasyarakatan.
    Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
    1. Karakteristik fisik
    Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pemisahan.
    2. Karakteristik kimiawi
    Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah.
    3. Karakteristik bakteriologis
    Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.

    BalasHapus
  10. A-122130061-Yasintha Aprilyan Kurniawan
    Tugas 12
    Studi Kasus Tentang Pelaksanaan ISO 14000 di Industri Kelapa Sawit

    Industri pengolahan kelapa sawit termasuk ke dalam industri yang memerlukan adanya nilai tambah berupa pembangunan industri kelapa sawit yang berkelanjutan dalam pengembangan kegiatan dengan tujuan untuk meminimalisasi pengaruh negatifnya. Dalam melaksanakan pembangunn yang berkelanjutan, industri kelapa sawit harus memenuhi 3 prinsip utama yaitu :
    1.Melindungi dan memperbaiki lingkungan alam
    2.Layak secara ekonomi
    3.Diterima secara sosial
    Pembangunan industri kelapa sawit yang berkelanjutan jika dilakukan dengan benar akan dapat meredam isu-isu yang mengatakan bahwa pengembangan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan seperti penurunan kualitas udara, air dan tanah sampai ke tingkat isu pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka ketiga prinsip harus dilaksanakan secara terpadu.
    Untuk mencapai industri kelapa sawit yang berkelanjutan diperlukan kebijakan dan instrument manajemen lingkungan yaitu penerapan standar ISO 14000 dengan konsisten. Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penerapan ISO 14000 :
    -Optimalisasi produktivitas dan penghematan biaya
    -Mengurangi resiko lingkungan
    -Meningkatkan image organisasi
    -Meningkatkan kepekaan terhadap perhatian public
    -Memperbaiki proses pengambilan keputusan.
    Dalam pelaksanaan ISO 14000, semua aspek yang terlibat dalam industri kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan sampai dengan pengolahan dan pembuangan limbah harus terbukti ramah lingkungan. Standar ISO 14000 menerapkan bahwa limbah atau sisa hasil produksi dari pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit masih dapat diolah dan dibuat menjadi sesuatu yang bermanfaat.
    Iso 14000 terdiri dari beberapa seri salah satunya adalah ISO 14001. Langkah awal implementasi ISO 14001 dimulai dengan interpretasi klausa ISO 14001 pada proses kerja perusahaan. Setelah interpretasi standar, langkah selanjutnya adalah penyusunan sistem dan dokumen ISO 14001 yang terdiri dari prosedur sistem manajemen lingkungan yang dipersyaratkan standar ISO 14001 wajib disiapkan dan prosedur operasi khusus yang perlu disiapkan seperti prosedur tanggap darurat ataupun prosedur identifikasi aspek dan bahaya lingkungan hidup.Setelah penyusunan sistem dan dokumen, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan sistem. Hasil dari implementasi berupa record kegiatan penerapan sistem tersebut. Apabila implementasi telah dilaksanakan maka perusahaan melakukan kegiatan internal audit yang berfungsi untuk memastikan apakah sistem berjalan secara efektif atau tidak. Apabila seluruh proses telah dijalankan maka industri kelapa sawit dapat melanjutkan ke tahap sertifikasi oleh badan sertifikasi independen untuk memperoleh sertifikat pengakuan implementasi ISO 14001.

    BalasHapus
  11. A - 122100047 - HAPPY NUR ROMADHONA

    STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI TEKSTIL :

    Studi kasus ICIP berasal dari berbagai negara dan menggambarkan jenisbantuan ICIP yang disediakan untuk industri di Indonesia. Secara keseluruhan,kajian mengidentifikasi 37 peluang produksi bersih diklasifikasikan sebagai peluang prioritas pertama, kedua dan ketiga yang dapat mengurangi pemakaianenergi pada pabrik ini dan mencegah lepasnya emisi udara lebih dari 14 metrikton per tahun,serta pengurangan terlepasnya gas panas dan logam berat.Pemakaian air dapat dikurangi dengan 125.000 meter kubik per tahun, dan bahan kimia yang terlepas ke permukaan air, juga dapat dikurangi. Akhirnya, mungkin juga dapat mencegah pembuangan 330 meter kubik limbah padat per tahunnya
    Pabrik ini adalah sebuah industri pencelupan yang melayani pabrik-pabrik tenun. Pabrik ini beroperasi dengan dua shift, delapan jam per shift,enam hari per minggu, mempekerjakan tujuh puluh orang pekerja per shift dan dua puluh pegawai teknik dan administrasi. Pada tahun 1992, pabrik ini memproses 350.000 kg kain katun dan 360.000 kg kain wol.
    Kajian mengidentifikasi hampir 40 peluang produksi bersih yang dapat menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi, yang sangat berarti bagi lingkungan dan ekonomi pabrik tersebut. Tim pengkaji telah menyusun prioritaspeluang-peluang produksi bersih dan biaya implementasinya. Dari 19 peluang berprioritas tinggi yang telah direkomendasikan, telahdihitung kemungkinan terjadinya penghematan dengan mengimplementasikan enam peluang produksi bersih. Keenam rekomendasi tersebut akan mengurangibiaya operasi sebesar $ 106.000 per tahun, dengan investasi awal sebesar $1.900.Waktu pembayaran kembali untuk perubahan ini adalah satu minggu. Investasilainnya sebesar $2.600, juga dibutuhkan untuk mengimplementasikan beberapaperubahan, namun besarnya potensi penghematan tidak dapat dibuat tanpa penelitian lebih lanjut.

    Paket Terapan Produksi Bersih pada Industri Tekstil.
    A. Teknologi pengendalian limbah cair
    Limbah cair akan mengandung bahan-bahan yang dilepas dari serat, sisa bahankimia yana ditambahkan pada proses penyempurnaan tersebut, serta serat yangterlepas dengan cara kimia atau mekanik selama proses produksi berlangsung.Untuk menjamin terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbahindustri, pemerintah dalam hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan bakumutu limbah cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi yang dituangkan dalamKeputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/II/1991. Agar dapatmemenuhi baku mutu, limbah cair harus diolah dan pengolahan limbah tersebutmemerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Makapengolahan limbah cair harus dilakukan secara cermat dan terpadu di dalamproses produksi dan setelah proses produksi agar pengendalian berlangsungdengan efektif dan efisien.
    b. Mencegah terjadinya limbah
    1. Pemilihan bahan kimia pembantu (auxilliaries)
    2. Melakukan perencanaan proses dengan cermat
    3. Pencelupan dengan zat warna belerang
    c. Mengurangi limbah dari sumbernya
    - Penghematan pemakaian air
    - Pencucian dengan aliran air cross flow
    - Pencucian dengan aliran air counter flow
    - Penggunaan kembali air pencuci
    - Penghematan pemakaian zat kimia
    d. Reuse, recycle dan recovery
    - Reuse
    - Recycle
    - Recovery
    e. Minimisasi Limbah
    Sangat perlu dilakukan pengelolaan limbah untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan oleh limbah industri tekstil. Dengan menerapkan strategi produksi bersih dalam pencegahan dan pengendalian pencemaran, maka upaya preventif dengan cara minimisasi limbah yang akan terjadi mendapat prioritas utama

    BalasHapus
  12. A - ROLAN SEPTIAN - 122100039

    PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI
    Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan.
    Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi, Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih.
    Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang, Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.
    Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Priorita, Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya, biaya rendah dan biaya tinggi
    Langkah 4 : Implementasi, Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan kerja.
    Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi, Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan.

    BalasHapus
  13. Nama: Yusuf firmansyah
    Nim: 122100060

    Penerapan industri bersah dan kegiatan produksi ner limbah di perusahaan Gula Modjopanggung
    Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
    Pabrik Gula Modjopanggoong merupakan salah satu industri yang memproduksi gula kristal putih. Berbagai kasus pencemaran lingkungan banyak menimpa perusahaan ini beberapa tahun silam, mulai dari cemaran partikulat gas buangnya sampai ceceran limbah olie di lantai-lantai produksi. Untuk itu, diperlukan sebuah pengelolaan limbah industri demi terwujudnya produksi bersih, dalam rangka penerapan industri bersih dapat dilakukan dengan mengurangi volume dan konsentrasi limbah dengan jalan reduksi pada sumbernya. Pelaksanaan produksi bersih ini ini tidak bisa terlepas dari satu kegiatan penting yakni minimisasi limbah. Teknik minimisasi limbah ini merupakan suatu bentuk upaya pencegahan atau mengurangi timbulan limbah PG Modjopanggoong dimulai dari pemilihan bahan, kontrol pada sumber, sampai pada pemanfaatan limbah yang dihasilkan.
    Dalam mencapai pelaksanaan program produksi bersih di PG Modjopanggoong, perlu dilakukan tata laksana teknik minimisasi limbah dan good housekeeping pada masing-masing lantai produksi. Selain itu usulan strategi perbaikan yang terkait dengan pengelolaan limbah secara umum guna mendapatkan penerapan produksi bersih di PG Modjopanggoong, mencakup 3 hal. Pertama, upaya perbaikan pada modifikasi teknologi pengendali kualitas udara. Kedua, upaya daur ulang blotong menjadi briket blotong sebagai bahan bakar. Dan yang terakhir adalah upaya perbaikan pada teknik pengemasan dan penyimpanan sementara limbah B-3 PG Modjopanggoong

    BalasHapus
  14. Nama: G.H. Prasetyo
    NIM: 122110007

    STUDI KASUS : PERUSAHAAN BUMN PULP DAN KERTAS
    Solusi pengolahan akhir pipa (end-of-pipe) disadari belum mampu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap penanganan masalah pencemaran lingkungan. Saat ini sejumlah besar perusahaan di dunia sedang mengupayakan keuntungan melalui suatu pendekatan pencegahan lingkungan yang dikenal sebagai eko-efisiensi dan produksi bersih. Walaupun penerapan Produksi Bersih dapat dilakukan melalui cara-cara yang amat sederhana, namun pada kondisi tertentu kadang-kadang memerlukan perubahan yang radikal dan perlu keterlibatan manajemen perusahaan yang proaktif. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi karakteristik dukungan organisasi terhadap upaya penerapan Produksi Bersih perusahaan pada kasus Perusahaan BUMN Pulp dan Kertas. Hal
    lain yang coba diungkap adalah prasyarat keberhasilan implementasi Produksi Bersih berdasarkan persepsi anggota organisasi. Hasil analisis menunjukkan Tingkat Penerimaan Konsep Produksi Bersih secara positif dipengaruhi oleh pemahaman manfaat ekonomi, kebijakan strategis, dan gaya kepemimpinan; sedang mekanisma evaluasi dan sistem insentif perusahaan masih menjadi faktor penghambat dalam penerimaan konsep Produksi Bersih saat ini. Secara umum, kalangan anggota perusahaan menempatkan faktor dukungan finansial sebagai faktor paling esensial bagi keberhasilan implementasi Produksi Bersih. Namun kenyataan dari analisis regresi menunjukkan bahwa sistem insentif perusahaan justru menjadi faktor penghambat penerimaan konsep Produksi Bersih. Faktor lain yang juga dianggap esensial berturut-turut adalah keterlibatan pekerja, komitmen
    manajemen, kemampuan karyawan, dan kebijakan strategis. Walaupun kebijakan strategis perusahaan telah mengakomodasikan kepentingan lingkungan, namun hal ini tidak didukung hingga pada tahap pelaksanaan. Hasil analisis memperlihatkan kebijakan strategis perusahaan masih menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan Produksi Bersih. Fenomena lain yang menarik adalah ternyata saat ini belum terbentuk budaya produksi bersih pada tatanan perusahaan, tim pengelola lingkungan yang profesional juga belum memberikan peran yang signifikan bagi penerimaan dan penerapan Produksi Bersih di perusahaan.

    BalasHapus
  15. A- 122100026 NUR OKTAVIAREKHA AHADWI PUTRA

    STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (STUDI KASUS PADA
    PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG)

    Seiring dengan adanya peningkatan
    teknologi, banyak kegiatan yang menunjang
    peningkatan kondisi perekonomian mulai
    bermunculan. Salah satu bentuk usaha
    yang begitu pesat berkembang adalah
    bidang perindustrian. Selain meningkatkan
    kondisi perekonomian, dunia perindustrian
    menimbulkan berbagai dampak negatif
    diantaranya pencemaran dan perusakan
    lingkungan hidup.
    Berbagai krisis lingkungan yang melanda
    negara kita saat ini menunjukan adanya
    kesalahan dalam cara pembangunan
    ekonomi yang kita tempuh khususnya dalam
    bidang perindustrian. Hal itu memicu kita
    untuk mengembangkan strategi
    pembangunan ekonomi khususnya di bidang
    perindustrian yang bersifat sustainable dan
    berwawasan lingkungan.
    Berkaitan dengan hal itu, mengkaji dan
    memahami paradigma produksi bersih akan
    merupakan upaya yang sangat bermanfaat,
    mengingat paradigma tersebut
    dikembangkan berdasarkan pengamatan
    terhadap berbagai kesalahan praktek industri
    yang telah terjadi.
    PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP)
    Serang yang berlokasi di Serang Banten
    merupakan salah satu perusahaan kertas
    yang telah menerapkan program produksi
    bersih. Di tengah-tengah produksi kertas
    yang semakin melonjak, bahan baku kertas
    dunia menjadi suatu hal yang harus
    diperhatikan. Selain itu, peningkatan
    produksi kertas dapat pula meningkatkan
    jumlah limbah yang dihasilkan. Sehingga
    pemecahan masalah-masalah tersebut di
    atas harus segera dilakukan, yaitu dengan
    menerapkan produksi bersih misalnya
    melalui tindakan recovery white water, reuse,
    recycle atau house keeping.
    Tujuan
    a. Mengetahui sinkronisasi penerapan
    sistem produksi bersih antara teori-teori
    dan aplikasinya di PT. IKPP
    b. Mengetahui proses produksi dan
    penerapan sistem produksi bersih di PT.
    IKPP.
    c. Mengetahui manfaat ekonomi dan
    lingkungan dengan adanya penerapan
    produksi bersih di PT. IKPP

    BalasHapus
  16. IMAM HANAFI_122120007_A

    Penerapan Cleaner Production pada Industri Tapioka

    Provinsi jawa timur tercatat sebagai daerah penghasil ubi kayu (singkong) tertinggi dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya di indonesia. Jumlah produksi tahunan ubi kayu sebagai bahan bakunya, salah satunya adalah industri tapioka. Sebagian besar industri tapioka di indonesia merupakan usaha skala kecil (>75%), dan sisanya merupakan usaha skala menengah dan besar. Industri tersebut memiliki peran yang sangat signifikan terhadap lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara, pengeksploitasian sumber daya alam, dan sebagainya,. Padahal, kunci kesuksesan suatu industri juga dapat dinilai dari kemampuannya untuk mengadopsi teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat menunjang kelangsungan proses produksinya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah cleaner production (CP). Cleaner Production didefinisikan sebagai metode yang efektif untuk kepentingan lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, penerapan CP menjadi sangat penting karena dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi dan mengurangi biaya produksi sehingga industri ini dapat terus memainkan perannya sebagai salah satu industri yang mendukung ketahanan pangan di indonesia.

    BalasHapus
  17. A-122120058-Kevin Rynaldi

    Penerapan Produk Bersih PT. Indo Acidatama
    Stillage dari area 300 dialirkan kedalam 3 buah bak yang masing-masing mempunyai ukuran 145m x 45m x 7m yang prosesnya terjadi secara anaerob. Didalam bak ini limbah diberi nutrisi berupa urea, TSP dan NaOH untuk pengaturan PH, serta pengadukan dengan menggunakan pompa (setiap bak dilengkapi dengan 6 pompa). Waktu tinggal didalam bak selama 99 hari. Hasil yang diperoleh dari ketiga bak anaerobic tersebut adalah gas (bio gas) dengankadar methane 55%, CO2 43%, H2¬S 1% dan bahan organic yang lain sebesar 1% yang kemudian di lewatkan di unit scrubber untuk mengikat gas H2S dan kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan sisanya digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.
    Setelah keluar dari anaerobic lagoon cairan mencapai kadar COD 25.000 ppm dan BOD 5000 ppm setelah itu dialirkan ke aerobic lagoon yang dilengkapi dengan aerator-aerator, untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri maka diberi nutrisi berupa urea dan TSP dengan waktu tinggal di bak selama 20 jam, setelah dari aerobic lagoon cairan di pompa ke biological clarifier untuk memisahkan sludge dengan cairanya. Sebagian sludge digunakana untuk campuran pembuatan kompos sedang cairannya dimasukan dalam clarifier koagulan dan flokulan. Di dalam clarifier, maka sludge dan cairan di isah, sludge untuk dibuat pupuk sedangkan cairannya di lewatkan sand filter dan carbon filter kemudian dibuang kesungai karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu dengan kandungan BOD 80 ppm. Untuk pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap 2 jam sekali.
    Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Di Pt. Indo AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super alfinase, granulair alfinase. Pupuk super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah denga phospat, dolomite, abu sekam, bekatul, tembakau yang rusak, kotoran ayam dan efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk kompos sendiri dibuat dari dedaunan dan grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk setiap hari, setelah menjadi kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai kandungan N, P, K nya sesuai standar. Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah sludge yang dipadatkan.

    BalasHapus
  18. A-122120004-Iqal Azhari

    Penerapan produk bersih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
    Proses produksi pada setiap pabrik dimonitor oleh masingmasing pabrik dan dipusatkan di pusat ruang kontrol di mana peralatan komputer digunakan untuk memonitor keseluruhan proses dari pengambilan bahan baku di gudang penyimpanan hingga penghalusan semen. Pemeriksaan mutu semen dilaksanakan secara terus‐menerus. Untuk memastikan produksi semen tetap bermutu tinggi secara konsisten, suatu sistem modern pengambilan sample otomatis, analisis X‐ray otomatis dan komputerisasi proses dilaksanakan secara on‐line untuk menjaga komposisi bahan baku sesuai ketentuan sehingga didapatkan komposisi kimia produk semen yang konsisten.

    BalasHapus